Oktober 03, 2012

ada cinta di rumah kita

alhikmah.com - Kruyuk... kruyuk...Duh, kok masih lapar? Padahal baru saja semangkok mie instant udah tandas dimakan. Apa iya sih, kalo belajar itu pasti buat perut kruyukan? Beranjak ke reizouko, alhamdulillah... masih ada persediaan sereal. Lumayan buat ganjalan.

Kuliah di Jepang kadang mengharuskan mahasiswa kerja lemburan, kerjaan tumplek blek kadang datang tiba-tiba. Suara sensei adalah suara raja, sabdanya harus segera dilaksanakan. Kalo gak, wuaaa...!!!

Layaknya seorang hulubalang raja, ia harus siap maju ke medan laga, siap grak!!! Karena itu, gak usah heran peralatan perang serta bahan logistik berupa makanan instant bisa pindah dari rumah, siap tempur jika suatu saat genderang perang telah dikumandangkan.

"Otsukaresamadesu...," satu persatu teman lab permisi pulang, hiks... hiks... hiks... sendiri lagi, ini kerjaan kok susah banget sih !!!

Gondok dan kesal karena kerjaan yang tak henti-henti campur aduk dalam sepi. Ah, enakan kerja sambil dengerin lagu. Ambil walkman, tak lama mengalun lagu-lagu dari negeri sendiri, lumayan sebagai pengobat kerinduan. Seiring alunan lagu, waktu pun semakin berlalu.

Kring...

Dering keitai denwa kembali berbunyi. Entahlah, mungkin saking asyiknya menikmati alunan lagu, deringan telepon kesekian kali baru terdengar nyaring.

"Assalaamu alaykum," terdengar suara di seberang. "Kok dari tadi teleponnya gak diangkat sih?" sambungnya lagi.

"Waalaykum salam. Oh iya, gomen... gomen... tadi teleponnya gak kedengaran. Ntar ya, nanggung banget nih kerjaan," menjelaskan kepada istri tercinta mengapa sudah larut malam kok belum pulang.

Lalu kembali larut dengan kesibukan mengejar impian untuk masa depan.


*****


Klik, pasokon di-shutdown, fuih... alhamdulillah, selesai juga. Segera berkemas, lalu melangkah ke tempat parkir sepeda. Laju mengayuh di bawah senyuman rembulan pucat yang juga ingin pulang di penghujung malam.

"Krek..." perlahan suara pintu dibuka, sambil mengucapkan salam yang lagi-lagi tanpa jawaban.

Berjingkat-jingkat melangkah masuk ke kamar agar tak membuat keributan, aaah... mereka yang kucinta telah terlelap. Tampak wajah lelah sang istri seraya tangannya memeluk ananda tercinta.

"Abi...," terdengar gumaman pelan. Uups, ia mengigau rupanya.

"Ssst... ssst... iya, bentar lagi Abi pulang sayang," umminya menentramkan, seraya tangan mengelus lembut kepala si kecil. Mereka pun kembali terlelap.

Deg!!!

Terkesiap, pias dalam temaram cahaya lampu kamar. Mereka belum sadar kalau yang dinanti telah pulang. Perlahan aku mendekat, yaa Allah... begitu dalam kerinduan yang terpancar dari wajah-wajah tercinta. Kerinduan untuk selalu bersama, bermain, bercanda dalam kesepian karena jauh dari kampung halaman.

Bolak-balik ke kampus di kala mentari masih tersipu malu di balik awan, dan menyibak sepinya malam saat pulang, bukan suatu hal yang istimewa, karena hal itu teramat biasa di Negeri Sakura. Keluar rumah saat buah hati masih nyenyak tertidur dan pulang saat ia sudah terlelap, juga sesuatu yang lumrah. Tak heran, ada banyak kerinduan yang menanti di rumah.

Kerinduan itu kadang meredup saat yang dirindukan selalu tak ada disampingnya, namun tampak membuncah di mata saat ada waktu untuk bermain bersama. Buah hati senang, riang gembira, bercerita dengan bibir mungilnya dan memamerkan apa yang telah bisa mereka lakukan. Tak henti-hentinya bergaya dengan beraneka pola tingkah yang menggemaskan, kadang diambilnya sebuah mainan kemudian dilemparkannya, sambil tertawa-tawa.

Tak lama menangis, sambil tangan mungilnya menggapai-gapai minta diambilkan kembali mainan tersebut. Lalu dibuangnya lagi setelah digenggaman. Selalu begitu berulang-ulang, minta perhatian, itu maksudnya.

Dada terasa sesak dihimpit tangisan tertahan dan timbunan siluet indah kehidupan. Teringat, begitu sedikit waktu untuk keluarga, terutama buat buah hati tercinta. Saat di usia yang mestinya butuh perhatian seorang ayah, namun kewajiban lain perlahan menyitanya.

Duuh Gusti Allah...

Semoga selalu Engkau berikan petunjuk agar diri ini pintar membagi waktu, diingatkan saat pekerjaan terasa sangat memabukkan. Pun dilimpahkan kemudahan dalam belajar, serta bisa menjadi qowwam ideal bagi cinta-cinta yang selalu menanti di rumah.

"Bang, udah pulang? Kok gak bilang-bilang," sapa istri perlahan namun membuyarkan lamunan. "Tadi Dedek badannya agak panas, tapi sekarang udah mendingan," sambungnya lagi.

"Kenapa gak bilang-bilang?" sedikit gusar, lalu beranjak memegang kening si buah hati.

"Ssst, jangan keras-keras ngomongnya," sambil jari telunjuk menempel di bibir.

"Insya Allah gak apa-apa, biasa, lagi pula tadi udah dikasih obat, lagian abang kan sibuk banget," istri menenangkan.

Ah, dalam hati bersyukur karena juga ada sebentuk cinta di rumah yang membuat kehidupan di negeri orang terasa mudah, bisa memahami kesibukan dan sigap pula menggantikan peran suaminya.

"Makasih ya," mencium lembut sang belahan hati, sambil berbisik "Ntar Sabtu ini jalan-jalan yuk!"

Tampak wajahnya berubah cerah. "Benar ya..., janji lho. Oh iya, mau kemana rencananya?" dengan seulas senyum yang mengembang.

"Mau ke Akihabara, ada komponen elektronik yang harus dibeli. Juga katanya udah ada kamera digital versi baru, wuih... kata teman lab sih canggih abis," bla... bla... bla... penuh semangat 45.

Hah???


*****


"Ohayou gozaimasu..." rutinitas biasa, menyapa teman-teman lab.

Cek email dulu aah...Gedubrak!!! Banyak amat email-email yang masuk di mail box, padahal baru semalam dihapus.

Wah... orang Indonesia emang ramah-ramah, dan hobi banget ngobrol, dalam hati berbicara sendiri. Lalu sibuk klik kiri pada mouse dan pilih delete.

Terdengar langkah kaki menghampiri, "Ohayou!" Uups!!! Rupanya sensei yang datang, langsung sigap mengganti tampilan layar komputer.

Belum sempat membalas sapaan, beliau langsung memberi perintah seperti layaknya seorang raja, "Sabtu ini ke lab lagi ya, hasil jikken-nya sudah OK, tapi analisisnya masih kurang untuk kriteria jurnal!!!" katanya sambil meletakkan setumpuk lembaran kertas yang penuh coretan berwarna merah, lalu ia-pun berlalu begitu saja.

"Hai, wakarimashita!" mengangguk hormat, seraya mengulas senyuman terindah.

Langsung teringat janji yang telah terlontarkan untuk cinta-cinta di rumah, wuaaa...!!!

Wallahua'lam bi shawab.

*MERENGKUH CINTA DALAM BUAIAN PENA*

Al-Hubb Fillah wa Lillah,
Abu Aufa

(Tulisan ini telah dimuat di buku Diary Kehidupan 2-nya Abu Aufa, diterbitkan oleh PT Syaamil Cipta Media, Bandung, 2004)


Catatan:
Reizouko: lemari es
Sensei: Professor atau pembimbing research
Otsukaresamadesu: ucapan kepada teman lab kalau permisi pulang
Keitai denwa: telepon genggam (HP)
Gomen: maaf
Pasokon: komputer
Akihabara: dijuluki kota elektronik di Jepang, letaknya di sekitar Tokyo
Ohayou gozaimasu: selamat pagi
Jikken: eksperimen
Hai, wakarimashita: iya, saya mengerti




0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

about me !!!

Foto saya
I was not pretty, I'm not smart, not rich, not talented, but who obviously I was not bad. and I am not a bad person especially cruel.

follow me on facebook

clock